Alloh swt juga memberi petunjuk kpd kita cara kembali ketemu denganNya.
Alloh bersabda:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ لِقَاءَ رَبٌّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَ لاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أحَدًا (الكهف ١١٠)
Siapa yg mengharap pertemuan dg Tuhannya maka seyogyanya dia mengerjakan amal sholeh dan tdk menyekutan seorang pun dlm beribadah kepada Tuhannya.
Kembali dan ketemu lagi dg Alloh syaratnya cuma dua:
-beramal sholeh dan
-tidak mempersekutukan Tuhan.
Sekilas pemikiran, kayanya gampang sekali kita bisa wushul ketemu Alloh itu.
Secara syariat kita semua insya Alloh orang2 Sholeh dan tidak menyekutukan Tuhan.
Tapi secara hakikat kita harus berfikir ulang.
"Ini lah sebetulnya yang menjadi akar permasalahan kita"
Kesholehan Secara Hakikat.
Kesholehan amal kita secara "syariat" belum bisa dijadikan "thoriqoh" untuk menuju "hakikat"
Artinya amal itu belum diterima oleh Alloh swt.
Catatan:
"Thoriqoh" dalam kontek ini adalah semua amal kita, baik amal jasmani maupun hati, dan baik itu amal ibadah mahdhoh (murni) seperti sholat, puasa, bacaan2, tahlil, tahmid, bacaan dlm thoriqoh Tijaniyah (misalnya) ..dst, maupun yg ghoiru mahdhoh (tdk murni) seperti makan, minum, tidur, istirahat ...dst
(Maaf) Amal kita selama ini baru sebatas syariat belum masuk ke "zona thoriqot" untuk menuju "hakikat"...kenapa?
Dan kita tdk merasa bahwa selama ini kita masih berbuat "syirik" thd Alloh terutama yg sifatnya samar (khofi)
Kita lupa sabda Alloh swt :
وَ اللَُّهُ خَلَقَكُمْ وَ مَا تَعْمَلُوْنَ ... (الصفات ٩٦)
Dan Alloh telah menciptakan dan apa saja ygbkalian kerjakan (ciptaan Alloh) ..
Ayat yg lain :
فَلَمْ تَقْتُلُوْهُمْ وَ لَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَ مٕا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَ لٰكِنَّ اللّْهَ رَمٰى ( الأنفال ١٧)
Maka bukanlah kalian yg membunuh mereka (orang2 kafir) tetapi Alloh lah yg membunuh mereka, dan bukanlah kalian yg melempar (panah/ tombak) tetapi Alloh lah yg melempar.
Masih banyak lagi ayat2 yg serupa yg menunjukkan atas ketiadaan kerja kita, atau Alloh lah sebagai aktor yg sebenarnya.
Selama ini kita merasa ada "keakuan diri" bisa berbuat sesuatu.
Hal ini dinilai oleh shufiah adalah orang yg menyukutan dirinya dg Alloh.
Dikatakan juga dia adalah orang yg tdk berakhlak dg Alloh swt, karena dia menggunakan sifat qudrot irodatNya dan sifat2 lain padahal itu semua adalah pakaianNya.
Kesimpulan:
"Suatu amal dikatakan sholeh jika pelakunya menyadari dan meyakini sepenuhnya bahwa Alloh lah sejatinya yg berperan" ...


